Pertamina New & Renewable Energy (NRE) bertujuan untuk memperluas kapasitas geothermal menjadi lebih dari 1 gigawatt (GW) pada tahun 2025. Perusahaan ini memanfaatkan permintaan yang meningkat dan harga kredit karbon di masa depan, yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada tahun 2035 dan 2050. Kredit karbon dari proyek geothermal dan turbin gas siklus gabungan (CCGT) saat ini memiliki harga sekitar $4-5 per ton karbon dioksida setara (tCO2e), dengan proyeksi lebih dari $20 per ton pada tahun 2035 dan lebih dari $60 per ton pada tahun 2050.
Pertamina NRE berpartisipasi dalam perdagangan karbon pertama pada 26 September 2023, melalui Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), menjual kredit karbon dari Pembangkit Listrik Geothermal Lahendong di Sulawesi Utara.
Portofolio Pertamina NRE termasuk pembangkit listrik tenaga gas Jawa Satu sebesar 1,76 GW dan pembangkit listrik biogas Sei Mangkei sebesar 2,4 MW, dengan kemampuan pengurangan emisi tahunan yang signifikan. Perusahaan ini memiliki sembilan konsesi dengan Perhutani, perusahaan kehutanan milik negara, dan Otoritas Ibu Kota Nusantara, yang mampu mengurangi emisi tahunan yang signifikan.