top of page

Mempercepat Transformasi Energi Bersih dengan Pembiayaan Hijau


Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan menuju pencapaian target “Net Zero Emissions 2060” melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara PT PLN dan Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) Bank dari Jerman selama COP-29 di Baku, Azerbaijan. Kesepakatan ini menjadi langkah penting dalam mendorong pengembangan energi bersih komitmen pembiayaan hijau sebesar €1,2 miliar (setara IDR 20,15 triliun).

Indonesia menargetkan peningkatan kapasitas energi terbarukan hingga 75% dari total kapasitas listrik yang direncanakan sebesar 100 GW dalam 15 tahun ke depan. Pengembangan energi bersih diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri Indonesia sekaligus selaras dengan tujuan iklim global.

PLN, perusahaan listrik negara Indonesia, telah memulai kolaborasi dan proyek hijau untuk mendukung transisi energi berkelanjutan. Hal ini mencakup pemanfaatan kemitraan internasional untuk mendorong pengurangan karbon dan meningkatkan kemandirian energi.

KfW, yang mewakili dukungan Jerman terhadap inisiatif hijau global, menyoroti peran penting Indonesia dalam transformasi energi bersih, dengan fokus pada proyek-proyek panas bumi, hidro, dan tranmisi untuk mencapai emisi nol bersih.

Pembiayaan hijau mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi berkelanjutan dengan mendanai proyek energi terbarukan, perdagangan karbon, dan infrastruktur rendah karbon. Sorotan meliputi:

  • Sukuk Hijau: Lebih dari USD 7,2 miliar (IDR 108 triliun) berhasil dikumpulkan sejak 2018, mengurangi 10,5 juta ton emisi CO2.

  • Perdagangan Karbon: Potensi nilai ekonomi mencapai USD 565,9 miliar dari hutan, mangrove, dan lahan gambut.

  • Pembiayaan Bank: Bank seperti Bank Mandiri meningkatkan portfolio hijau hingga IDR 205 triliun.

  • Pendanaan Ekologi Regional: Insentif fiskal untuk pemerintah daerah dalam mendukung inisiatif ramah lingkungan.

Tren pembiayaan hijau di Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 20% pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai lebih dari IDR 40 triliun hingga November. Hal ini mencerminkan implementasi taksonomi keuangan berkelanjutan yang lebih kuat dan fokus yang meningkat pada proyek rendah karbon.

Indonesia bekerja sama dengan mitra global seperti Global Green Growth Institute (CGGI) dan KfW untuk mengamankan investasi, mengembangkan model bisnis hijau, dan memperkuat komitmen internasional. Mekanisme seperti Kerangka Pembiayaan Terkait Keberlanjutan (Sustainable Linked Financing Framework/SLFF) bertujuan menarik lebih dari USD 100 miliar untuk proyek energi terbarukan dan jaringan pintar.

Kementerian Keuangan memperkirakan Indonesia membutuhkan USD 280 miliar untuk aksi iklim pada tahun 2030, dengan hanya 30% yang dapat ditanggung oleh anggaran negara. Pendanaan swasta dan internasional sangat penting untuk menutup kekurangan ini.

Negara berkembang membutuhkan USD 2,4 triliun setiap tahun hingga 2030 untuk aksi iklim, dengan kebutuhan adaptasi berkisar antara USD 187 hingga 359 miliar per tahun. Tingkat pendanaan saat ini jauh dari cukup, menyoroti pentingnya kemitraan global seperti COP-29 untuk mengatasi tantangan ini.


10 tampilan
bottom of page