Pada konferensi SDGs Indonesia 2024 (SAC), Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Vivi Yulaswati, menyoroti tantangan krisis planet. Ia menyatakan, “Pada tahun 2019, industri menyumbang 34% emisi gas rumah kaca global. Ekonomi sirkular dapat mengurangi emisi hingga 7,3 gigaton per tahun. Di Indonesia, hal ini dapat menurunkan polusi, mengurangi penggunaan material sebesar 28%, dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 39%.”
Sebuah studi yang dilakukan bersama Bappenas, UNDP, dan Pemerintah Denmark memproyeksikan bahwa penerapan ekonomi sirkular di Indonesia dapat meningkatkan PDB negara hingga Rp 638 triliun pada tahun 2030, mencipatakan 4,4 juta lapangan kerja baru, serta mengurangi limbah dan emisi gas rumah kaca.
Melalui kolaborasi lintas sektor, Indonesia memiliki peluang untuk mempercepat transformasi menuju industri hijau yang mendukung pertumbuhan sekaligus melestarikan lingkungan. Diharapkan ekonomi sirkular dapat diterapkan secara lebih luas, sehingga memberikan manfaat nyata bagi perekonomian dan lingkungan.
Sesi paralel pertama, “Mempercepat Industri Berkelanjutan untuk Mencapai SDGs,” membahas kebijakan untuk mempercepat industri hijau, penerapan ekonomi sirkular, dan strategi transformasi rantai pasok untuk menyeimbangkan pertumbuhan industri dengan ekologi.
Sesi kedua, “Mencapai Masa Depan Pekerjaan Berkelanjutan di Era Disrupsi,” berfokus pada perubahan di sektor pekerjaan, khususnya pekerjaan hijau. Pembicara dari World Economic Forum dan LinkdIn membahas dampak disrupsi digital pada pasar tenaga kerja dan pentingnya pendidikan dalam menciptakan pekerjaan berkelanjutan.
Sesi paralel ketiga menyoroti pembiayaan ekonomi hijau, membahas kolaborasi dan akses pendanaan untuk inovasi hijau dan UMKM di sektor pertanian berkelanjutan.
Sesi paralel keempat, bertajuk “Menjembatani Pendidikan dan Bisnis untuk Daya Saing Berkelanjutan,” mengeksplorasi strategi menciptakan sinergi antara pendidikan dan industri, serta inovasi pendidikan yang diperlukan untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang berfokus pada industri hijau.
Sesi kelima menampilkan kewirausahaan sosial sebagai landasan untuk menciptakan pekerjaan masa depan, terutama dalam mendukung transformasi ekonomi hijau dan inklusi sosial di Indonesia.
Source: